Tabarruk Dipraktikkan Sejak Zaman Nabi


Jakarta, NU Online
Mengharap bertambahnya kebaikan (tabarruk) melalui orang dan benda-benda tertentu pernah dipraktikkan sendiri oleh Rasulullah SAW, kemudian diikuti para sahabat, tabi’in, dan para penerusnya. Selama tetap memelihara tali tauhid, kegiatan tabarruk sah dilaksanakan dan akan berdampak positif bagi yang melakukannya.

Demikian pokok materi Kajian Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang digelar Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), Rabu (31/5) malam, di Gedung PBNU, Jakarta Pusat. Hadir dalam kesempatan ini, Ketua PP LDNU KH Zakky Mubarak, Wakil Ketua PP LDNU Syamsul Ma’arif, KH Abu Na’im Khofifi, serta sejumlah pengurus PBNU dan ulama lainnya.

Kajian bertema “Konsep Tabaruk dalam Islam” ini dipimpin KH Misbahul Munir, pengasuh Pesantren Ilmu al-Qur’an al-Misbah. Menurutnya, dalil tabarruk bisa ditemukan secara jelas dalam al-Qur’an, Hadits, teladan sahabat, dan sejumlah kitab-kitab induk ulama klasik.

Misbahul mengutip surat al-Baqarah (125). Ayat ini turun dilatari pertanyaan Umar kepada Rasulullah tentang keberadaan lokasi berdiri (maqam) Nabi Ibrahim. Nabi menjawab, lalu turun ayat “dan jadikanlah maqam Ibarahim sebagai tempat shalat.” Ia menunjukkan dalil lain dalam surat al-Baqarah (248) dan surat Yusuf (96).

Misbahul juga melanjutkan, Nabi sendiri pernah bertabarruk dengan air wudhu kaum muslimin dengan cara menyuruh mengambilkan air dari tempat bersuci kaum muslimin lalu meminumnya. “Fayasyrab yarju barakata aidil muslimin (lalu Nabi minum seraya mengharap keberkahan dari tangan-tangan kaum muslimin),” ujarnya merujuk hadits dalam kitab Syu’abul Iman.

Para sahabat dan ulama-ulama terkemuka, lanjutnya, juga turut memeragakan tabarruk, seperti mencium tangan, ziarah, menghormati tempat dan barang-barang khusus, bahkan menggunakannya sebagai sarana (wasilah) untuk tujuan-tujuan tertentu.

Kajian Aswaja merupakan agenda rutin PP LDNU sebagai bagian dari rangkaian acara Istighasah dan Pengajian Bulanan yang diselenggarakan saban Rabu malam pada minggu terakhir tiap bulan. Tujuannya adalah untuk memperluas wawasan, memupuk kebersamaan, dan menghindari permusuhan antarkelompok yang berbeda pandangan keagamaan.

 
Redaktur : Syaifullah Amin
Penulis     : Mahbib Khoiron

(Sumber:nu.or.id)

Category: Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Free Web Hosting